Jumat malam
23 maret 2018 lalu, saya iseng buka twitter. Gak nyangka! Gus Ipul jadi
trending topik! Isi twit nya pasti ketebak: kampanye. Tagarnya cukup unik,
#jatim2tebarjala. Lah? Kok kaya mau nangkap ikan dilaut? Tenang pemirsa, Gus Ipul dan tim suksesnya bukannya mau ikutan acara mancing mania kok. Tagar
#jatim2tebarjala adalah singkatan dari Jawa Timur nomor 2 (nomor urut Gus Ipul)
Pusat Ekonomi Baru Jalur Selatan.
Isi
tagarnya beragam. Mulai dari pujian terhadap Gus Ipul, survei Charta Politika,
klaim jatim sejahtera di tangan Gus Ipul, doa untuk Gus Ipul, sholawatan hingga
jual jam tangan grosiran. Secara garis besar isi tagar tersebut masih dalam
satu tujuan, yakni nyukseskan Syaifullah Yusuf meraih Jatim 1.
Hal yang
paling menarik buat saya ialah postingan tentang survei Charta Politika. Lembaga survei ini pada 21 Maret lalu memang merilis hasil surveinya. Hasilnya? "Pasangan
Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak memperoleh 38,1 persen dan Pasangan
Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno memperoleh 44,8 persen. Sedangkan yang belum
menentukan pilihannya sebanyak 17,1 persen," ujar Direktur Eksekutif Charta
Politika, Yunarto Wijaya. Nah, hasil survei inilah salah satu poin yang
digembar-gemborkan oleh tagar #jatim2tebarjala.
Lagi
asik-asiknya scrolling tagar #jatim2tebarjala panggilan tak dikenal nampang di
smartphone china saya.
Saya: Halo bos! Iya, tenang aja, besok barangnya saya kirim kok.
Khofifah: Ini saya Khofifah, calon
gubernur jatim mantan (terindah) Menteri Sosial era Jokowi JK.
Saya: Ooh.. maaf bu. Saya kira
pelanggan saya..hehe. Baidewe gimana
kabarnya bu Cagub?
Khofifah: Alhamdulilah sehat wal afiat,
warohmah, wabarokah.. Kalau mau Jatim makin sehat pilih dong kerudung putih.
Saya: Udah promo aja nih bu. Tapi sayang, bu Khof kalah
lagi dalam survei. Survei terbaru dari Charta Politika menyebut ibu kalah dari
Gus Ipul-Puti.
Khofifah: Ah, kata siapa? Survei yang dilakukan
oleh lembaga survei Poltracking pada 6 hingga 11 Maret lalu, memaparkan data elektabilitas
Khofifah-Emil 42,4 persen. Sedangkan Gus Ipul-Puti hanya memeroleh 35,8 persen.
Undecided voter atau pemilih galau sisanya, yakni 21,8 persen.
Saya: Wah jadi galau beneran ini
bu. Dua survei menyatakan hasil berbeda. Eits, tunggu dulu bu Khof. Sebenarnya
tak hanya survei Charta Politika yang menyebut kalau Gus Ipul unggul sementara di
Jatim. Ada Polmark Indonesia yang juga menyebut elektabilitas Gus Ipul-Puti unggul
atas Khofifah-Emil dengan perolehan 42,7 persen banding 27,2 persen. Sementara 30,1
persen lainnya pemilih labil, atau belum menentukan keputusan politiknya ketika
disurvei.
Jadi ibu
tetap kalah nih dari gus ipul. Dua lembaga survei memenangkan Gus Ipul,
satu lembaga memenangkan ibu. Skor sementara 2:1. Jangan sampai salah lho
bu, bukan 212 tapi 2:1.
Khofifah: Walaupun dalam tanda petik, cuma
itu kan kalkulasi diatas kertas, tapi fakta dilapangan, realitas dilapangan
akan bisa berbeda. Itu bukan kata saya lho, tapi kata pengamat politik Pangi
Syarwi Chaniago.
Saya: Jadi begini bu khof. Hasil
survei kadang tak merepresentasikan keadaan yang sebenarnya. Tapi, tak bisa
pula dipungkiri bahwa hasil survei sedikit banyak mampu menggambarkan hasil perhitungan
suara real. Contohnya survei pilkada DKI tahun lalu. Hasil survei dengan
hasil perhitungan resmi KPU tak jauh berbeda.
Khofifah: Menurut mas Hen, apa yang
keliru? Sehingga hasil survei belum mendongkrak elektabilitas saya?
Saya: Sebenarnya tak ada yang keliru,
namun strategi rival ibu memang lebih ciamik. Disamping itu, rival ibu
adalah petahana. Ia sudah dikenal secara massal oleh publik jawa timur. Prestasi
Sukarwo sebagai gubernur akan berdampak positif pula pada citra wakilnya yakni
Gus Ipul. Bahasa ndesonya, rival ibu kecipratan prestasi dari citra positif
Sukarwo.
Disamping
itu, strategi Gus Ipul yang tak main-main dalam Pilgub kali ini. Ia berani
menggandeng Via Vallen dan Nella Kharisma sebagai istrinya. Oh, salah. Beliau berani
menggandeng kedua artis dangdut koplo tersebut untuk mendulang suara di Jatim.
Eh, tapi ibu juga menggandeng artis
juga ya? Anang dan Pasha Ungu ya bu?
Khofifah: Kami mengapresiasi dukungan Mas
Anang. Pada intinya, kami sudah punya bukti survei yang menyebut bahwa dukungan
Mas Anang akan menambah potensi kemenangan kami.
Tim
khofifah juga akan menggandeng Eko Patrio dan Anang Hermansyah, Vena Melinda
(Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI), dan Pasha vokalis Ungu (Wakil Wali
Kota Palu). Sedangkan di dangdut ada Danang dan Rhoma Irama.
Saya: Menurut saya nih bu, secara
keseluruhan artis pendukung dari tim Khofifah-Emil kurang greget untuk membantu
mendulang suara. Misalnya Anang Hermansyah. Siapa sih bu di Jatim ini yang masih betah mendengarkan lagu "Benar
ku Mencintaimu tapi Tak begini"? Atau siapa sih yang masih suka dengan tembang tembang lawas dari Pasha ungu. Sebagian
kelompok masyarakat Jawa Timur saat ini dari balita hingga anak muda lagunya ya
bojo galak, konco mesra, jaran goyang. Itu lho bu lagu lagu dangdut
koplo.
Di tim
ibu memang ada Vena Melinda, tapi dia gak bisa nyanyi. Ada bang Rhoma Irama dan
Danang, tapi spirit hak e hak e nya kurang kuat bu, kurang greget lah bahasa
Prancis nya.
Khofifah:
Jadi saya harus gimana nih mas Hen?
Saya: Nah,
daripada ibu hanya melihat kursi Jatim 1 dari balik dinding dinding kaca,
menelan kekalahan dan jadi luka lama, lebih baik ibu pikir keri wae (pikir
belakangan aja) menggandeng artis ibu
kota seperti Anang, Danang dan kawan-kawan. Because, this is
Jatim mam! Warga jawa Timur secara ikatan emosional lebih dekat dengan
artis artis yang biasanya berkarya di Jatim.
Khofifah: Point pentingnya apa bos?
Buruan, pulsa mahal nih!
Saya: Jadi begini bu.. Kita harus
tahu terlebih dahulu mengapa Gus Ipul menggandeng artis yang sedang naik daun
seperti Via Vallen dan Nella Kharisma. Menurut analisis saya, beliau
menargetkan meraup suara pemilih muda atau pemilih pemula.
Tim
kampanye Gus Ipul pernah menyatakan bahwa Via dan Nella adalah artis yang
merepresantasikan generasi millenial, kaum anak muda. Di atas kertas, Via
memiliki 5 juta sekian pengikut di instagram, pengikut Nella juga gak kalah gendut. Ia punya sekitar 2,3
Juta pengikut atau penggemar di akun instagramnya.
Dengan
dua jagoan biduan itu tim Gus Ipul sepertinya pede dan yakin mendulang suara pemilih
pemula. Jangan salah lho bu, jumlah
pemilih pemula itu mencakup 6,2 persen dari total keselurahan pemilih yang
berjumlah 30.747.387 jiwa per maret 2018. Saya yakin, angka 6,2 persen (1.863.770
pemilih) bukan angka yang kecil buat ibu.
Khofifah: Jadi apa yang harus saya
lakukan untuk menghadang 2 biduan koplo tersebut?
Saya: Untuk melawan Superman kita
harus pasang Jenderal Zord. Jangan kasih Iron Man atau Flash. Karena gak imbang. Intinya, Laki tanding kalo
sebanding kata iklan ektra joss: carikan lawan yang sebanding dengan
popularitas Via dan Nella di Jatim.
Taktik ini
juga dipakai oleh Jokowi waktu pilpres 2014. Beliau menggandeng ibu sebagai
bagian dari tim kampanyenya untuk mengimbangi pengaruh Mahfud MD yang sudah di"booking"
oleh tim Prabowo.
Khofifah: Siapa kira kira lawan
sebandingnya mas Hen?
Saya: Lawan yang sebanding dengan
mereka ada 3 orang bu. Tasya Rosmala, Gery Mahesa dan Jihan Audy. Tiga orang
ini mampu mengimbangi popularitas dan kegilaan penggemar Via dan Nella.
Tasya
Rosmala punya pengikut sebanyak 1,1 juta di Instagram. Gery Mahesa memiliki
lebih dari 70 ribu pengikut, sedangkan Jihan Audi punya sekitar 500 ribu
pengikut di Instagram.
Hal
terpenting dari mereka bertiga adalah mereka memiliki penggemar yang loyal.
Tasya rosmala misalnya, 2 kali memenangkan penghargaan penyanyi dangdut pendatang
baru terpopuler di stasiun ikan terbang, Indosiar dan di MNC TV. Ada pun mekanisme
pemilihan tersebut dilihat dari sms terbanyak. Artis yang mendapat sms
terbanyak, dia yang jadi pemenangnya
Asal tahu saja nih bu. Di dua ajang tersebut, dua kali Nella Kharisma melawan Tasya Rosmala memperebutkan penghargaan, tapi toh yang keluar sebagai pemenang ialah Tasya Rosmala.
Khofifah: Artinya walaupun Nella Kharisma
memiliki pengikut Instagram yang lebih banyak, tapi Tasya yang menang karena
penggemarnya lebih loyal dan rajin kirim sms.
Saya: Inggih bu. Tak hanya itu
bu Khof. Tasya Rosmala alias Najwa Camila Tasya sebelum terkenal di level di nasional,
ia memiliki penggemar di Instagram sekitar 500 ribu orang. Fansbase nya (SNC:
sahabat najwa camila) juga sudah berusia 4 tahun. Jadi nie anak bukan artis kemarin sore yang baru saja booming, kepopulerannya di Jatim tak
perlu diragukan lagi.
Khofifah: Apa istimewanya Tasya
dibandingkan Via atau Nella?
Saya: Dia tak hanya istimewa sebagai
penyanyi dangdut. Tapi dia sempurna seperti kata andra and backbone. Ia
memiliki arete sebagai seorang penyanyi dangdut. Arete adalah bahasa Yunani
kuno yang berarti adalah keunggulan atau kehebatan.
Tasya tak hanya mampu menyanyi seperti kebanyakan penyanyi koplo, tapi ia juga mampu menyanyikan lagu-lagu dangdut klasik yang biasa dibawakan oleh Rita, Rhoma Irama, dan Mansyur S. Ia juga bisa membawakan lagu dangdut melayu, yang biasa dinyanyikan oleh Iyeth Bustami. Dua genre ini, Tasya libas.
Sedangkan
Via dan Nella tak cukup mampu untuk membawakan lagu lagu dari genre dangdut
klasik dan dangdut melayu. Mereka berdua tak punya arete yang cukup
untuk melibas lagu lagu dari 2 genre tersebut.
Khofifah: Nah, kalau Gery Mahesa dan Jihan Audy punya keistimewaan apa nih?
Saya: Kalau Jihan Audy sebenarnya
sebelas duabelas dengan Via-Nella. Baik kemampuan dangdutnya maupun pengaruh
massanya. Walau pengikut Instagram nya hanya 500 ribu orang, tapi ia ditopang
oleh penggemar yang fanatik. Selain itu, sebagian besar pengikut Instagram nya
ialah orang Jawa Timur, mengingat ia masih berstatus artis lokal. Beda dengan Via
Vallen atau Nella yang bisa saja pengikut (penggemar) Instagramnya sebagian
besar berasal dari luar Jatim.
Beruntungnya,
Jihan juga tergabung dalam orkes melayu ternama di Jatim: New Pallapa. Orkes melayu
ink memiliki pecinta yang loyal. Lihat saja bu di Youtube, setiap New Pallapa
manggung, pasti disesaki oleh ribuan penonton. New Pallapa ini tak mau kalah
dengan artis dangdut. Mereka juga punya komunitas penggemar. Namanya SNP (Saudara
New Pallapa). Di Instagram pengikut komunitas ini mencapai 160 ribu orang.
Setiap
tahun orkes melayu ini mengadakan temu almuni. Lazimnya pertemuan ini yang
selalu dihadiri oleh ribuan SNP dari seluruh daratan jawa timur. Kurang fanantik
apa coba?
Lain
Jihan, lain pula Gery Mahesa. Cak Gery memang penggemarnya di Instagram tidak
banyak, namun ia memiliki keterkaitan kuat dengan Tasya Rosmala.
Tahun
2016 lalu, sebagian besar penggemar musik dangdut koplo Jatim ataupun Jateng
pasti kenal dengan Gery Mahesa dan Tasya Rosmala. Mereka berdua terkenal dengan
lagu-lagu galau, syahdu dan lagu romantis. Saat itu mereka tergabung di orkes
yang sama: New Pallapa.
Gery dan
Tasya ketika berduet tidak menjual sensasi goyangan. Daya tarik mereka ialah harmonisasi
suara dan chemistry kuat yang sulit ditiru oleh penyanyi koplo manapun. Album-album
duet mereka pun sudah banyak terjual banyak di akar rumput seantero Jawa Timur.
Tapi,
saat ini Tasya Rosmala tak pernah lagi berduet dengan Gery.
Khofifah: Apakah mereka sedang perang
dingin?
Saya: Tak hanya perang dingin. Saat
ini mereka sedang perang dunia koplo kedua. Pasalnya, Tasya Rosmala keluar dari
orkes New Pallapa karena masalah pribadi dengan Gery. Tasya meloncat ke orkes
saingan New Pallapa, OM Adella.
Peristiwa
ini cukup pelik. Karena setelah keluar dari New Pallapa, para penggemar Tasya
dan Jihan kerap adu mulut, saling membanding kelebihan masing-masing idola
mereka. Puncaknya, Tasya tak diundang di acara tahunan pertemuan Saudara New
Pallapa (SNP).
Walau
penggemar Jihan dan Tasya kerap berseteru di dunia maya, namun masih banyak
penggemar Tasya maupun Gery yang tak bisa move on dari duet mereka. Mereka
kadang bikin tagline “Kami Rindu Gersya (Gery-Tasya) duet Mesra di New Pallapa,” mengharap duet romantis mereka kembali terulang.
Disinilah,
tugas bu Khofifah. Jika Gus Ipul menyatukan perang dingin penggemar Via Vallen dan
Nella Kharisma, Bu Khof bisa meniru dengan menyatukan Tasya Gery Jihan dan fans
New Pallapa.
Keuntungan
menyatukan mereka cukup logis. Jika dikalkulasikan, di Jawa Timut Tasya paling
tidak punya penggemar di Instagram sekitar 500 ribu orang, Jihan 500 ribu orang,
Gery 70 ribu orang, dan penggemar orkes New Pallapa 160 ribu orang. Diatas
kertas jumlahnya penggemar mereka 1.230.000 orang. Belum termasuk sopir-sopir
truk atau buruh yang tak punya akun Instagram. Ini bisa menjadi modal bu
Khofifah untuk mendulang suara di Pilgub nanti.
Khofifah: Tapi, saya ini kan citranya
agamis.
Saya: Oh, jangan Khawatir bu. Tasya
Rosmala artis koplo multitalenta. Dia mampu menyanyikan lagu-lagu religi maupun
lagu berbahasa Arab. Di Youtube ada beberapa video Tasya yang menyanyikan lagu
Asyiqol Musthofa, Kisah Rosul dan lain sebagainya. Via atau Nella belum tentu lho
bu bisa nyanyi bahasa Arab.
Maklum,
Tasya adalah siswa Madrasah Tsanawiyah di Bangil Pasuruan. Ia juga mengikuti Madrasah
Diniyah disore hari. Insyaallah bahasa Arabnya jelas lebih cas cis cus
ketimbang Via atau Nella..hehe
Khofifah: Sebentar, Tasya ini usia berapa
ya? Kok masih sekolah?
Saya: Tasya seumuran dengan Jihan.
Usia mereka 14 tahun. Dan mereka masih perawan bu.
Khofifah: Wah, gawat nih. Menurut Undang
Undang pemilu seseorang yang belum berusia 17 tahun dan belum menikah tidak
diperbolehkan untuk dimobilisasi dalam kampanye.
Baidewe, ini A.M Hendropriyono mantan
kepala BIN bukan?
Saya: Bukan bu Khof. Saya Hendri
Mahendra dari negara api yang tak suka kekerasan dan tak pernah menyerang.
Khofifah: Ooh.. Jadi anda menipu saya
daritadi. Saya kira ini Hendropriyono mantan kepala BIN? Diam disitu, saya akan
panggil tim ciber kepolisian. Anda sudah menipu saya!
Saya: Jangan bu Khof. Saya ini cuma orang
kecil. Please ya bu, jangan kriminalisasi saya. Gak gak lagi deh!
Tiba-tiba
smarphone China saya berdering kencang. KRIIING KRIIING KRIING!! Saya
terbangun.
Hufft..
Ternyata panggilan telepon dari bu Khofifah cuma mimpi[]
Catatan: Data data yang ada ditulisan ini sesuai fakta yang penulis ambil dari laman kompascom, tribunnews dan detikcom. Adapun kalimat-kalimat pertanyaan dan kalimat basa basi dari Khofifah ialah fiksi